Roche Dirikan Stunting Center of Excellence, Dukung Pemerintah Turunkan Angka Stunting di Indonesia

Labuan Bajo, 23 November 2020. Menteri Kesehatan (Menkes) Letjen TNI (Purn.) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad. (K) pada 23 November 2020 meresmikan “Stunting Center of Excellence” di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Didanai oleh Roche Indonesia, perusahaan farmasi dan diagnostik yang berbasis di Swiss, Stunting Center of Excellence (CoE) dirancang untuk menjadi pusat pelatihan dan inovasi untuk menurunkan angka stunting di provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia. Diharapkan Stunting CoE akan menjangkau 21 puskesmas, 700 tenaga kesehatan, 1825 kader posyandu dan sekitar 100.000 ibu dan anak di wilayah tersebut.

Stunting merupakan malnutrisi kronis yang terjadi dalam periode emas pertumbuhan anak atau disebut 1,000 hari pertama kehidupan. Stunting membawa dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan fisik anak, imunologi, neuro-kognitif serta perkembangan sosial-ekonomi anak dimasa mendatang. Upaya terus menerus oleh seluruh pemangku kepentingan dan intervensi berbasis data dan bukti ilmiah yang didukung oleh teknologi yang efektif biaya akan memampukan anak-anak mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Hari ini ada lebih dari 270.000 anak di bawah lima tahun yang mengalami stunting di NTT akibat permasalahan keamanan pangan, rendahnya keragaman diet serta sakit berulang.

Dalam sambutannya yang disampaikan secara virtual, Menteri Kesehatan menyebutkan, percepatan perbaikan gizi masyarakat menjadi salah satu strategi nasional RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2021-2024, dengan salah satu indikator sasaran penurunan prevalensi stunting menjadi 14% di tahun 2024.

“Sangatlah tepat Stunting CoE didirikan di provinsi NTT, khususnya di Labuan Bajo, Manggarai Barat. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 dan 2018 proporsi balita pendek tertinggi di Indonesia berada di propinsi NTT dengan 51.3% di tahun 2013 dan 42.6% di tahun 2018,” Menteri Kesehatan menjelaskan.

Ditegaskannya, stunting merupakan permasalahan multidimensional yang penyelesaiannya memerlukan kerjasama multisektoral termasuk mitra pembangunan dan swasta. “Apresiasi dan terima kasih kami sampaikan kepada Roche Indonesia yang telah berkontribusi aktif mendukung program Pemerintah dalam upaya penurunan stunting. Saya berharap Stunting CoE dapat menjadi wadah bagi peningkatan kapasitas tenaga kesehatan serta peluang seluruh pemangku kepentingan untuk menciptakan intervensi dan inovasi dalam penurunan stunting berbasis kearifan lokal,” pungkas Menteri Kesehatan.

Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur Roche Indonesia, dr. Ait-Allah Mejri menegaskan, “Kami yakin bahwa kemitraan dengan semua pihak sangat penting untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia. Dengan menginisiasi Stunting CoE, kami memperbarui kembali komitmen kemitraan kami dan mendukung upaya Pemerintah yang sangat bagus.” Dilanjutkannya, “Hal ini sejalan dengan visi kami untuk mendefinisikan kembali kemitraan dengan seluruh sistem kesehatan untuk meningkatkan hasil perawatan kesehatan bagi pasien dan membawa pelayanan kesehatan yang inovatif dan dapat diakses oleh semua.”

Stunting CoE merupakan pusat pelatihan dimana tenaga kesehatan dilatih (train the trainer) dan dilengkapi dengan peraga yang berbasis bukti ilmiah untuk memampukan mereka selanjutnya menjadi pelatih di rumah sakit atau pusat pelayanan kesehatan dimana mereka bekerja. Stunting CoE juga bertujuan untuk memperkuat sistem kesehatan dengan fokus pada tenaga kesehatan di tingkat puskesmas, termasuk kader posyandu di Manggarai Barat. Seluruh kegiatan akan dilaksanakan oleh 1000 Days Fund, sebuah yayasan yang telah bekerjasama dengan komunitas lokal serta pusat pelayanan kesehatan di NTT selama dua tahun terakhir. Stunting CoE akan melakukan serangkain pelatihan dan lokakarya dengan topik meliputi pemahaman tentang stunting, gizi dan alat peraga untuk ibu dan anak. CoE juga meningkatkan penggunaan perangkat pencegahan stunting seperti poster pintar, selimut cerdas, peraga kartu pintar serta kartu konvergensi desa.

Wakil Ketua Komisi IX DPR-RI, Melkiades Laka Lena yang juga hadir dalam acara inagurasi menyampaikan apresiasinya terhadap kemitraan inovatif tersebut. Komisi IX DPR adalah komisi yang membidangi masalah kesehatan. “Stunting di Nusa Tenggara Timur merupakan masalah serius yang penanganannya membutuhkan kerjasama semua pihak. Oleh sebab itu, saya sangat mengapresiasi upaya Roche Indonesia untuk menginisiasi Stunting CoE ini bersama dengan 1000 Days Fund, jajaran pemerintah daerah dan seluruh pihak yang turut mendukung. Semoga upaya yang sangat baik ini mendorong semua pihak dan pemangku kepentingan untuk ikut bergabung dalam upaya bersama melawan stunting di Indonesia, dan menjadikan anak-anak kita generasi yang lebih sehat, cerdas dan siap menyambut masa depan,” ungkap Melkiades.

Stunting CoE merefleksikan komitmen Roche untuk meningkatkan akses terhadap perawatan kesehatan melalui kemitraan dalam ekosistem kesehatan. Melalui kemitraan ini Roche berharap agar metode pelatihan, peraga dan model Stunting CoE bisa ditiru di wilayah lain untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia.

Prevalensi stunting di Indonesia termasuk sangat tinggi, yaitu mencapai 28% pada tahun 2019. Angka tersebut sudah turun dari tahun 2013, dimana mencapai 37% balita yang mengalami stunting (Integrated Study of Nutrition for Children Below 5 - SSGBI 2019). Untuk mengatasi masalah penting ini, Pemerintah Indonesia menempatkan stunting sebagai prioritas nasional dan meluncurkan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting pada tahun 2018 untuk memperkuat implementasi kerangka kerja kebijakan multisektoral dan mendorong konsolidasi dan konvergensi program di tingkat nasional dan daerah. StraNas menargetkan 100 kabupaten/kota sebagai prioritas pertama, termasuk Labuan Bajo, di Kabupaten Manggarai Barat, yang mempunyai angka stunting sebanyak 43%.

Roche adalah perusahaan perintis di bidang farmasi dan diagnostik di dunia, dengan fokus pada pengembangan sains untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Kombinasi kekuatan di bidang farmasi dan diagnostik di bawah satu perusahaan telah menjadikan Roche sebagai 
salah satu perusahaan yang terdepan dalam hal personalised healthcare - yaitu sebuah strategi yang bertujuan untuk memberikan solusi pengobatan yang tepat bagi setiap pasien. Roche merupakan perusahaan bioteknologi terbesar di dunia, yang memiliki pengobatan mutakhir di bidang onkologi, imunologi, penyakit menular, serta penyakit mata dan sistem saraf. Roche juga merupakan perusahaan yang terdepan untuk diagnostik in-vitro, diagnosis kanker berbasis jaringan, dan perintis dalam penatalaksanaan diabetes.

Didirikan pada tahun 1896, Roche terus mencari cara yang lebih baik untuk mencegah, mendiagnosa, dan menangani berbagai penyakit, serta memberikan kontribusi yang berkesinambungan untuk kesehatan dunia. Lebih dari 30 obat yang dikembangkan oleh Roche termasuk dalam Daftar Model Obat Esensial World Health Organization (WHO), di antaranya antibiotik, antimalaria, dan obat kanker. Selama sebelas tahun berturut-turut, Roche mendapat penghargaan sebagai salah satu perusahaan paling berkelanjutan di industri farmasi oleh Dow Jones Sustainability Indices (DJSI).

Roche Group, berkantor pusat di Basel, Swiss, beroperasi di lebih dari 100 negara dan pada tahun 2019 Roche telah mempekerjakan lebih dari 98.000 karyawan di seluruh dunia. Pada tahun 2019, Roche berinvestasi lebih dari 11,7 miliar Swiss Franc untuk riset dan pengembangan serta mencapai angka penjualan 61,5 miliar Swiss Franc. Genentech, di Amerika Serikat, sepenuhnya dimiliki oleh Grup Roche. Roche merupakan pemegang saham terbesar di Chugai, Jepang. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi   | 

Semua merek dagang yang digunakan atau disebutkan di siaran pers ini dilindungi oleh Undang-Undang.

1000 Days Fund didirikan tahun 2018 sebagai upaya nyata untuk menciptakan, uji coba dan mengaplikasikan solusi inovatif, berbiaya efektif untuk mengakhiri stunting di Indonesia. 1000 Days Fund terus menerus berkomitmen untuk meningkatkan upaya kesehatan ibu dan bayi untuk orang-orang yang miskin dan termaginalkan. Yayasan ini bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk membangun kapasitas sumberdaya tenaga kesehatan di garis depan di masyarakat prasejahtera, sebagai upaya untuk menghasilkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang berkualitas, merujuk pada akar utama stunting dan meningkatkan data bertujuan sebagai bukti, advokasi dan perubahan kebijakan.

Selama 2 tahun terakhir 1000 Days Fund telah mendistribusikan lebih dari 12,000 poster tinggi badan di 25 pulau. Terutama yang lebih penting, yayasan ini telah melatih 400 kader kesehatan, yang dengan pengetahuan baru dan pengalaman bisa menyelamatkan nyawa untuk generasi-generasi selanjutnya. 1000 Days Fund akan terus melakukan uji coba berbagai komponen untuk mengidentifikasi halangan dan tantangan sehingga intervensi stunting yang dilakukan bisa dipahami seutuhnya di tingkat desa, serta membangun pemahaman bagaimana para kader bekerja dengan orang tua untuk membangun wawasan dan pesan kunci untuk mengatasi masalah dan tantangan yang ada.

Kontak Kami

Lucia Erniawati

Jessica Arawinda

Afdita Sari

M-ID-00000123-11-2020

Kontak KamiWorldwidelinkedinfacebooktwitterinstagramyoutubeTentang KamiFarmasiKarirMediaArtikelKebijakan privasiPernyataan hukum