NPM-ID-0364-08-2019

Sepanjang sejarah manusia, dari zaman Mesir kuno ketika penyakit diyakini sebagai ulah para dewa, hingga masa Hippocrates (tokoh kedokteran Yunani) yang memiliki teori bahwa kanker disebabkan oleh kelebihan cairan empedu hitam dalam tubuh, para pakar kesehatan telah mencoba memahami dan menyembuhkan berbagai penyakit. Di zaman Romawi kuno, pembedahan dianggap sebagai satu-satunya cara yang tepat, dan ini menjadi ketetapan para tabib selama hampir dua ribu tahun. Dengan penemuan anestesi di abad ke-19, ilmu bedah juga mengalami kemajuan, namun tetap ada keterbatasan, terutama untuk orang-orang yang berada pada tahapan kanker metastasis, atau kanker telah menyebar.1

Di periode yang sama, gagasan imunoterapi mulai muncul ketika seorang ahli bedah asal New York, William Coley, mulai merawat pasien kanker dengan berbagai jenis bakteri demi merangsang sistem imunitas untuk melawan penyakit itu. Walaupun usaha beliau tidak terlalu berhasil, karyanya melahirkan konsep imunoterapi di benak para dokter onkologi generasi selanjutnya.

Pada tahun 1903, lima tahun setelah Marie Curie menemukan radium, sejumlah pasien untuk pertama kalinya sukses dirawat dengan radioterapi. Perawatan ini menggunakan sinar berenergi tinggi untuk menghancurkan sel kanker. Cara ini merupakan terobosan besar pada masanya dan masih dipakai hingga kini. Sayangnya, cara ini juga memiliki keterbatasan karena di dalam prosesnya juga merusak sel normal, sehingga berisiko menyebabkan efek samping.2

Perkembangan perawatan selanjutnya yang signifikan adalah munculnya kemoterapi, yang pertama kali ditemukan di zaman Perang Dunia II, dengan disembuhkannya kanker metastatik untuk pertama kalinya pada 1956.Pada periode tersebut, hal ini menjadi penemuan penting dan memberikan harapan besar bagi banyak pasien. Kemoterapi telah berevolusi selama lebih dari 70 tahun, dan kini sudah jauh lebih canggih, tetapi prinsip dasarnya tetap untuk menghancurkan sel kanker, khususnya dengan membidik sel-sel yang membelah secara cepat. Kanker memang musnah, namun juga mengenai sel normal, termasuk sel dalam darah dan sumsum tulang. Akibatnya, efek samping kemoterapi adalah hancurnya sel normal, seperti sel darah putih, dimana hal ini bisa membuat pasien lebih rentan terhadap infeksi.

Langkah besar berikutnya dalam perawatan kanker adalah pengembangan terapi target untuk kanker, yaitu jenis perawatan yang menghalangi pertumbuhan kanker dengan menggunakan molekul tertentu. Kemoterapi pada umumnya bekerja pada sel-sel yang membelah secara cepat, baik yang normal atau bersifat kanker, sementara terapi target secara khusus hanya mengincar sel yang berhubungan dengan kanker.4

Inovasi terbaru adalah imunoterapi kanker yang bekerja khusus pada sistem imun atau sistem kekebalan tubuh. Kita bisa mengumpamakan sistem imun sebagai pasukan pertahanan tubuh untuk melawan penjajah, yaitu virus dan bakteri yang menyebabkan penyakit. Karena inilah sistem imun kemudian berevolusi untuk melindungi kita.

Sistem imun mendeteksi dan menghancurkan apa pun yang tidak semestinya ada dalam tubuh, termasuk sel normal yang telah berubah menjadi kanker, dengan cara mengenali macam-macam perubahan kecil yang bisa membuat sel normal menjadi sel “asing”. Dalam keadaan normal, sistem imun akan mengeliminasi sel asing atau abnormal dengan mengerahkan sel T untuk mencari dan menghancurkan potensi ancaman. 

Dalam sejumlah kasus, sel asing yang telah bermutasi ini bisa menghindari respons sistem imun, sehingga sel tersebut bisa berkembang menjadi tumor yang berbahaya.

Dengan mengetahui prinsip biologi kanker dan cara kerja sistem imun, imunoterapi kanker dikembangkan lebih lanjut. Tujuan pengobatan dalam imunoterapi kanker adalah untuk membantu sistem imun dalam mengenali dan menyerang sel kanker. Imunoterapi memiliki cara kerja yang berbeda-beda; ada yang mencari dan menangkal mekanisme yang menghalangi sel T untuk bereaksi di dalam respons imun, sementara ada juga yang merangsang terjadinya respons imun.

Biologi imunitas dan kanker melibatkan ilmu pengetahuan yang sangat rumit. Tetapi dengan mengetahui aspek mana yang bisa ditargetkan, para ilmuwan dapat mengembangkan perawatan imunoterapi kanker yang sesuai dengan jenis tumor seseorang.

Imunoterapi kanker mewakili area riset yang mengagumkan dan berkembang pesat. Hal ini dapat mengubah cara pandang dan cara perawatan kanker di masa depan. Pengetahuan tentang biologi imunitas yang kian maju, dan juga tentang bagaimana meningkatkan dan membantu sistem imun dalam melawan kanker menunjukkan optimisme kini dan di masa depan.

Referensi

1.  American Cancer Society. The history of cancer. Diakses 19 Juni 2019.

2.  Macmillan. Radiotherapy. Diakses 19 Juni 2019.

3.  American Cancer Society. Evolution of cancer treatments: Chemotherapy. Diakses 19 Juni 2019.

4.  National Cancer Institute. Targeted cancer therapies.Diakses 19 Juni 2019.